retorika
Berbicara yang akan dapat meningkatkan kualitas
eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar
berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi
(informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata
lain, manusia mesti
berbicara berdasarkan seni
berbicara yang dikenal dengan istilah retorika. Retorika
adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada
sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika
seringkali disamakan dengan istilah pidato.
Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama membicarakan dan berlatih bagaimana
kita harus mempersiapkan dan melakukan pidato, agar pidato kita itu memiliki
daya tarik, informatif, rekreatif, dan persuasif
retorika
Sabtu, 19 Mei 2012
Retorika mulai dikenal pada tahun 465
SM, ketika Corax menulis makalah bejudul Techne Lagon (Seni kata-kata).
Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara hanya digunakan untuk
membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di pengadilan
ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu
itu belum ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang,
katakanlah orang kaya raya dituduh mengorbankan kehormatannya dengan
hanya mencari setandan pisang di kebun dan sebagainya.
Singkat retorika atau ilmu komunikasi
pada waktu itu hanya digunakan untuk membela diri yang berhubungan
dengan kepentingan sesaat dan praktis.
Sementara untuk mempengaruhi orang lain,
menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu :
- Harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat yang disebut “ethos”
- Harus dapat menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang yang disebut “phatos”
- Meyakinkan khalayak dengan bukti yang kelihatan, yang disebur “logos”
- Dari sejarah singkat perkembangan retorika atau ilmu komunikasi klasik yang patut kita catat yakni mengenai tahap penyusunan pidato karya Aristoteles yang sampai sekarang masih terus dipakai, adalah penentuan tema, penyusunan, gaya, memori dan penyampaian.
Prinsip-Prinsip Dasar Retorika
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode y ang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode y ang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi
yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan
pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan tetap
bertitik tolak dari beberapa macam prinsip.
Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai
berikut :
- Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran
- Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda.
- Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara.
- Memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pikiran pembicara dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.
Urgensi Ilmu Komunikasi atau Retorika
Bagi Calon Pemimpin
Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.
Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.
Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara
yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara
yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar. Bagi golongan
pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan
mempertahankan, menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara
atau pidato yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon
pemimpin. Hal itu sangat baik dipahami dan dipalikasikan sehingga dapat
menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukan secara
tidak sadar.
Retorika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Propaganda
Retorika (dari bahasa
Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik
pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan
melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya
Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan
judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni
manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional
dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan
pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja
sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang
dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan
penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari
retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi
di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan
definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari
retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual.Dalam doktrin retorika Aristoteles [1] terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.
Langganan:
Postingan (Atom)